Skip to main content

Qurban

1. Pengertian dan Sejarah Qurban
Asal kata Qurban itu dari bahasa Arab :
قَرُبَ - يَقْرُبُ - قُرْبًا وَ قُرْبَانًا وَ قِرْبَانًا. المنجد
Yang artinya : "Mendekat/pendekatan".
Sedang pengertian Qurban, menurut agama sesuai dengan asal katanya, yaitu, "Usaha pendekatan diri dari seorang hamba kepada Penciptanya dengan jalan menyembelih binatang ternak dan dilaksanakan dengan tuntunan, dalam rangka mencari ridla-Nya".
Firman Allah SWT :
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلاَ دِمَآءُهَا وَلكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوى مِنْكُمْ، كَذلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلى مَا هَديكُمْ، وَ بَشِّرِ اْلمُحْسِنِيْنَ. الحج:37
Daging-daging unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridlaan) Allah dan tidak (pula) darahnya, tetapi taqwa dari pada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al-Hajj : 37]
2. Hukum dan Keutamaan Qurban
Menyembelih qurban pada hari raya 'Iedul Adha dan hari Tasyriq (tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah) ini, hukumnya adalah Sunnah Muakkad.
Hanya bila melihat hikmat dan atsar/bekas yang dapat dicerap dari ibadah qurban ini terhadap jiwa seseorang, maka bagi orang yang faham agama tentu tidak akan berhenti pada formal hukum begitu saja dan melewatkan kesempatan yang demikian besar nilainya di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :
مَا عَمِلَ ابْنُ ادَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَ اِنَّهُ لَتَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَ اَشْعَارِهَا وَ اِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا. الترمذى و ابن ماجه
Tak ada amaliyah anak Adam pada hari Nahr ('Iedul Adha) yang paling disukai Allah selain daripada menyembelih qurban, qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari qiyamat seperti semula, yaitu lengkap dengan anggotanya, tanduk, kuku dan bulunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Tuhan sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah dengan senang hati. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]
قُلْتُ اَوْ قَالُوْا، يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا هذِهِ اْلاَضَاحِى؟ قَالَ: سُنَّةُ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ. قَالُوْا: مَا لَنَا مِنْهَا؟ قَالَ: بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ. احمد و ابن ماجه
Aku telah bertanya, atau mereka (para shahabat) telah bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, apakah udlhiyah itu ?". Jawab Nabi SAW, "Itulah sunnah ayahmu, Ibrahim". Mereka bertanya, "Apakah yang kita peroleh dari udlhiyah itu ?". Jawab beliau, "Pada tiap-tiap helai bulunya kita peroleh suatu kebaikan". [HR. Ahmad dan Ibnu Majah].
Bahkan orang yang mampu tetapi tidak bersedia melaksanakan ibadah qurban, dilarang untuk mendekat/shalat bersama Nabi SAW di Mushalla beliau, sebagaimana sabdanya :
مَنْ وَجَدَ سَعَةً ِلاَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرُبَنَّ مُصَلاَّناَ. احمد و ابن ماجه عن ابى هريرة
Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya, maka janganlah ia dekat-dekat ke tempat shalat kami. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah].
3. Tata Cara Qurban
a. Waktu Penyembelihan :
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص يَوْمَ النَّحْرِ مَنْ كَانَ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَلْيُعِدْ. متفق عليه. وللبخارى. مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَاِنَّمَا يَذْبَحُ لِنَفْسِهِ. وَ مَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَ اَصَابَ سُنَّةَ اْلمُسْلِمِيْنَ. البخارى عن البراء
Dari Anas, ia berkata, Nabi SAW bersabda pada hari Nahr ('iedul Adha), "Barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat 'ied, maka hendaklah ia mengulangi". [Muttafaq 'alaih]. Dan bagi Bukhari : "Barangsiapa menyembelih sebelum shalat, maka sesungguhnya ia hanya menyembelih untuk dirinya sendiri (yakni tidak dinilai sebagai ibadah qurban), dan barangsiapa menyembelih sesudah shalat maka sempurnalah ibadah sembelihannya dan bersesuaianlah pekerjaannya dengan sunnah kaum muslimin". [HR. Bukhari dari Al-Baraa']
Berdasar riwayat dari Sulaiman Ibnu Musa dari Jubair Ibnu Muth'im bahwa Nabi SAW bersabda :
كُلُّ اَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ.
Setiap hari Tasyriq itu adalah hari menyembelih. [HR.Ahmad]
Dan riwayat lain dari Ali RA yang semakna dengan yang tersebut diatas sebagai berikut :
اَيَّامُ النَّحْرِ يَوْمُ اْلاَضْحَى وَ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ بَعْدَهُ.
Hari menyembelih itu ialah Hari Raya 'Iedul Adha dan tiga hari sesudahnya.
Dari hadits-hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang sah untuk ibadah qurban adalah : "Sesudah shalat 'Ied hingga akhir hari Tasyriq (tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah)".
Adapun waktu pelaksanaan shalat 'Iedul Adha, sebagaimana sabda Nabi SAW :
قَالَ جُنْدَبٌ، كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلِّى بِنَا يَوْمَ اْلفِطْرِ وَ الشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَ اْلاَضْحَى عَلَى قَيْدِ رُمْحٍ. احمد بن حسن
Telah berkata Jundab, "Adalah Nabi SAW shalat 'Iedul Fithri bersama kami, sedang matahari tingginya kadar dua batang tombak, dan (beliau shalat) 'Iedul Adha (diwaktu matahari) tingginya kadar satu batang tombak". [HR. Ahmad bin Hasan, dalam Nailul Authar]
Inilah waktu-waktu yang dituntunkan untuk melaksanakan ibadah qurban, sedang bila melaksanakan pada hari itu, namun sebelum selesai shalat 'Iedul Adha tersebut, maka yang demikian ini dinilai sebagai sedekah biasa dan tidak dinilai sebagai ibadah qurban.
b. Adab Bacaan Ketika Menyembelih
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: ضَحَّى رَسُوْلُ اللهِ ص بِكَبْشَيْنِ اَمْلَحَيْنِ اَقْرَنَيْنِ. قَالَ: وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَ رَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا، قَالَ: وَ سَمَّى وَ كَبَّرَ. مسلم
Berkata Anas, "Rasulullah SAW telah menyembelih qurban dengan dua ekor kibasy yang bagus dan bertanduk". Ia (Anas) berkata, "Saya melihat beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri. Dan saya lihat beliau meletakkan kaki beliau diatas lambung/batang leher binatang itu”. Ia (Anas) berkata, "Beliau membaca Basmalah dan bertakbir : Bismillaahi walloohu Akbar. (Dengan nama Allah, dan Allah Maha Besar)". [HSR. Muslim].
فَاِذَا قَتَلْتُمْ فَاَحْسِنُوا اْلقِتْلَةَ وَ اِذَا ذَبَحْتُمْ فَاَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ فَاِنَّ اللهَ اَوْجَبَ اْلاِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ. ابو داود
Maka apabila kamu membunuh, berlaku ihsanlah -yaitu- bunuhlah dengan cara yang sebaik-baiknya. Dan apabila kamu menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik/ihsan (pula), karena Allah mewajibkan kebaikan (ihsan) atas tiap-tiap sesuatu. [HR. Abu Dawud].
c. Syarat-syarat Binatang Qurban
1.  Binatang yang diperuntukkan qurban sepanjang tuntunan Rasulullah SAW adalah : Unta, lembu, dan kambing. Dan kadar masing-masing berdasar dhahir hadits/riwayat :
* 1 ekor kambing untuk seorang bersama ahli rumahnya.
     * 1 ekor lembu untuk 7 orang beserta ahli rumahnya.
     * 1 ekor unta untuk 7 - 10 orang dan ahli rumahnya.
عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: سَاَلْتُ اَبَا اَيُّوْبَ اْلاَنْصَارِيَّ: كَيْفَ كَانَتِ الضَّحَايَا فِيْكُمْ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَ: كَانَ الرَّجُلُ فِى عَهْدِ النَّبِيِّ ص يُضَحِّيَ بِالشَّاةِ عَنْهُ وَ عْنَ اَهْلِ بَيْتِهِ. فَيَأْكُلُوْنَ وَ يُطْعِمُوْنَ حَتَّى تَبَاهَى النَّاسُ فَصَارَ كَمَا تَرَى. ابن ماجه و الترمذى
Dari 'Atha' bin Yasar dia berkata : Saya telah bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari, "Bagaimanakah udlhiyah yang dilakukan di masa Rasulullah SAW ?". Jawabnya, "Seorang laki-laki di zaman Rasulullah SAW menyembelih seekor kambing untuknya dan untuk ahli baitnya (rumah tangganya), lalu mereka makan dagingnya itu dan memberi makan kepada orang lain, sehingga manusia bermegah-megah dengan qurban itu sampai kepada keadaan yang engkau saksikan sekarang ini". [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi].
عَنْ جَابِرٍ: نَحَرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص عَامَ اْلحُدَيْبِيَّةِ اْلبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَ اْلبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ. مسلم
Dari Jabir, “Kami telah menyembelih qurban bersama-sama Rasulullah SAW pada tahun Hudaibiyah, seekor unta untuk 7 orang dan seekor lembu untuk 7 orang". [HR Muslim].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ ص فِى سَفَرٍ فَحَضَرَ اْلاَضْحَى فَذَبَحْنَا اْلبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَ اْلبَعِيْرَ عَنْ عَشْرَةٍ. الخمسة الا ابا داود
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Dulu kami pergi bersama-sama Rasulullah SAW, lalu tiba Hari Raya 'Iedul Adha, maka kami menyembelih qurban seekor lembu untuk tujuh orang dan seekor unta (ba'ir) untuk sepuluh orang". [HR. Khamsah, kecuali Abu Dawud].
Catatan :
Masing-masing orang yang turut andil dalam qurban dengan unta/lembu tidak harus sama biaya yang dikeluarkannya, yang penting seekor lembu untuk tujuh orang dan seekor unta digunakan bagi 7-10 orang.
Tentang qurban urunan kambing yang biasa dilakukan disekolah-sekolah/kantor, sampai kini kami masih berpendapat : Bahwa hal itu tidak dapat dianggap sebagai ibadah qurban, melainkan tetap sebagai latihan qurban, yang pahalanya adalah sedekah biasa.
2. Tidak sah berqurban dengan binatang yang :
a.  Rusak matanya (buta, juling/kero) sebelah atau kedua-duanya.
b.  Terlalu kurus, tak bergajih/terlalu tua tak bersumsum lagi atau patah tanduk/putus telinganya.
c.  Sakit.
d.  Pincang.
Sebagaimana hadits di bawah ini :
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَامَ فِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: اَرْ بَعٌ لاَ تَجُوْزُ فِى الضَّحَايَا. اَلْعَوْرَاءُ اْلبَيِّنُ عَوَرُهَا، وَ اْلمَرِيْضَةُ اْلبَيِّنُ مَرَضُهَا، وَ اْلعَرْجَاءُ اْلبَيِّنُ ضَلَعُهَا وَ اْلكَبِيْرَةُ لاَ تُنْقِى.  الخمسة و صححه الترمذى
Dari Baraa' bin 'Azib, ia berkata : Nabi SAW berdiri diantara kami dan bersabda, "Empat macam yang tidak boleh pada binatang qurban, yaitu: 1. Buta sebelah yang nyata butanya. 2. Yang sakit nyata sakitnya, 3. Yang pincang yang nyata pincangnya, dan 4. Yang tua yang tidak mempunyai sumsum". [HR. Khomsah, dan disahkan oleh Tirmidzi].
عَنْ عَلِيٍّ رض قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يُضَحِّيْ بِاَعْضَبِ اْلقَرْنِ وَ اْلاُذُنِ. الخمسة وصححه الترمذى
Dari Ali RA, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang seseorang berqurban dengan binatang yang tanduknya atau telinganya hilang separo atau lebih". [HR. Khamsah, disahkan oleh Tirmidzi].
3.  Keadaan masing-masing binatang qurban itu telah Musinnah (giginya telah berganti/powel). Dan hal ini terjada pada :
Kambing yang berumur 1 tahun masuk tahun yang ke 2, lembu yang berumur 2 tahun masuk tahun yang ke 3 dan unta yang berumur 5 tahun masuk tahun ke 6. Kecuali bila terpaksa sekali, maka bolehlah berqurban dengan kambing yang jadza'ah (berumur cukup 1 tahun). Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir sebagai beriktut :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ تَذْبَحُوْا اِلاَّ مُسِنَّةً اِلاَّ اِنْ تَعَسَّرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوْا جَذَعَةً مِنَ الضَّأْنِ. مسلم
Dari Jabir, bersabda Rasulullah SAW, "Janganlah kamu menyembelih untuk qurban melainkan yang Musinnah (telah berganti gigi) kecuali jika sukar didapati, maka boleh kamu menyembelih jadza'ah (yang berumur 1 tahun) dari kambing”. [HR. Muslim].
4. Pembagian Daging Udlhiyah
Pembagian daging udlhiyah itu ialah sebagian untuk yang berqurban, sebagian untuk dihadiahkan, dan sebagian diberikan kepada fakir miskin. Ibnu Abbas ketika menerangkan sifat Nabi berqurban sebagai berikut :
وَ يُطْعِمُ اَهْلَ بَيْتِهِ بِالثُّلُثِ وَ يُطْعِمُ فُقَرَاءَ جِيْرَانِهِ بِالثُّلُثِ وَ تَصَدَّقَ عَلَى السُّوَّالِ بِالثُّلُثِ. المغنى 7: 385
Dan beliau (Rasulullah SAW) memberi makan ahlul baitnya sepertiga, memberi makan orang-orang fakir tetangganya sepertiga, dan beliau mensedekahkan kepada para peminta sepertiga. [Al-Mughni 7 : 385].
5. Daging Udlhiyah Tidak Boleh Diberikan Sebagai Upah
Daging udlhiyah itu tidak boleh diberikan sebagai upah kepada yang menyembelih. Di dalam hadits disebutkan :
عَنْ عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ قَالَ: اَمَرَنِى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ اَقُوْمَ عَلَى بُدْنِهِ وَ اَنْ اُقَسِّمَ لُحُوْمَهَاوَجُلُوْدَهَاوَجِلاَلهَاَ عَلَى اْلمَسَاكِيْنِ وَلاَ اُعْطِيَ فِىْ جَزَارَتِهَا شَيْئًا مِنْهَا. البخارى و مسلم
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, "Saya diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mengurus qurban-qurban dan supaya saya bagikan daging, kulitnya dan pelananya kepada fakir miskin, dan tidak (boleh) saya memberikan sesuatu sebagai upah dari padanya untuk orang yang menyembelih". [HR. Bukhari dan Muslim].

Comments

Popular posts from this blog

SISTEM PENDUKUNG MESIN

Fungsi : Mendukung engine dari segala tuntutan agar memungkinkan   bekerja dengan baik dan berkesinambungan 1. SISTEM BAHAN BAKAR Motor Bensin Fungsi sistem bahan bakar Menyediakan dan mensuplay kebutuhan bahan bakar  sesuai dengan kebutuhan mesin Komponen-komponen sistem bahan bakar bensin : 1.     Karburator 2.     Pompa bensin (Fuel pump) 3.     Saringan bensin (Fuel filter) 4.     Tangki bensin (Fuel tank) Karburator Fungsi : Mencampur udara dengan bensin dengan komposisi yang sesuai agar menjadi gas yang mudah terbakar Keterangan : 1.     Choke valve                                 5. Throttle valve 2.     Saluran masuk bensin              6. Idle mixture adjusting screw 3.     Venturi                                      7. Intake manifold 4.     main nozzle                                 8. Needle valve Motor Diesel Jenis Pompa Injeksi VE Keterangan : 1.   Fuel Tank                                                  

Jenis-jenis penggerak poros kam

Penggerak roda gigi Jarak antara poros kam dengan poros engkol harus pendek * poros kam terletak di blok motor Untuk memperkecil suara selalu digunakan roda gigi miring kadang-kadang roda gigi poros kam di buat dari bahan sintetis Penggerak rantai Jarak antara poros kam dengan poros engkol bisa panjang * poros kam dapat terletak diatas ( kepala silinder ) dan di bawah ( blok motor - OHV ) Pada rantai di pasang tensioner, biasanya tensioner hidrolis yang bekerja berdasarkan tekanan oli Rantai yang lama akan bersuara Sering terjadi kebocoran oli pada paking-paking rumah rantai Penggerak sabuk timing bergigi   Sabuk timing bergigi, sehingga penyetelan timing tidak berubah Sabuk timing terbuat dari karet sintetis yang diperkuat dengan polyester . DILARANG MEMBERI PELUMAS ! Tensioner perlu distel setiap 40.000 km . Jika tidak, sabuk menjadi kendor dan dapat melompat,  penyetelan timing menjadi salah,  kemungkinan katup akan bertumbukan dengan torak motor  Jika tens

Syarat terjadinya pembakaran

Syarat terjadinya pembakaran pada sebuah motor adalah tersedianya oksigen yang cukup, bahan bakar yang cukup dan panas atau api yang baik. Proses terjadinya pembakaran pada motor bensin. Pembakaran didalam mesin motor dapat terjadi apabila tiga syarat pembakarn terpenuhi. Tiga syarat pembakar tersebut yaitu 1. Ada yang dibakar (campuran udara dan bahan bakar), 2. Ada yang membakar (api/panas atau tekanan), dan 3. Adanya ruang bakar (chamber). Piston bergerak dari TMA ke TMB, katup hisap terbuka, campuran bahan bakar dan udara terhisap ke dalam silinder. Selanjutnya campuran bahan bakar dan udara dikompresi oleh gerak naik piston dari TMB ke TMA (katup hisap dan katup buang tertutup). Pada akhir langkah kompresi sekitar 5-10 derajat sebelum TMA busi memercikkan bunga api sehingga terjadi ledakan (temperatur naik sekitar 2500 0 C dan tekanan sekitar 50 kg/cm 2 di ruang bakar) didalam ruang bakar yang akan mendorong piston dari TMA ke TMB disebut langkah kerja. Setelah itu piston bergera